Saat Kebosanan Melanda Pasutri

Bekal buat yang akan berumah tangga, atau “Obat” untuk yang sudah berumah tangga

Rumah tangga bukanlah kehidupan yang “bermandi madu”, melainkan sebuah dunia yang penuh dengan terpaan badai ujian.

Suatu ketika seorang laki-laki mengeluh kepada Umar bin Khattab bahwa cintanya kepada istrinya sudah memudar. Bahkan hampir tidak ada lagi cinta. Karena, itu ia bermaksud menceraikannya. Umar kemudian mengingatkan, “Sungguh jelek niatmu. Apakah semua rumah tangga hanya dapat terbina dengan cinta? Dimana takwa dan janjimu kepada ALLOH? Di mana pula rasa malumu kepada-NYA?Bukankah sebagai suami isteri telah saling bercampur(sehingga tampaklah rahasiamu) dan mereka(istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang amat berat?”

Perceraian merupakan hal yang halal, meskipun dibenci ALLOH SWT. Mengapa biduk itu harus berakhir dalam kurun waktu seumur jagung? Atau mengapa pasangan suami isteri yang sudah satu dasawarsa atau lebih harus berakhir dalam perceraian??

Siapapun akan sependapat bahwa mempertahankan itu lebih sulit daripada meraihnya, begitu juga dengan pernikahan. Bagaimana mempertahankan rumah tangga agar tetap hangat dan penuh cinta. Berikut beberapa masukan, semoga bermanfaat!!

1. Pertahankan Komitmen Berdua
Komitmen adalah perjanjian(keterikatan) untuk melakukan sesuatu.(Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia). Komitmenlah yang akan mengingatkan pada saat perahu diterpa gelombang ujian. Komitmen erat kaitannya dengan alasan kenapa seseorang memilih pasangannya.
Islam memandu kita untuk menentukan alasan kita dalam memilih pasangan hidup, yakni sebaik-baik memilih pasangan hidup adalah karena agamanya.
Pelajaran di sekitar kita membuktikan bahwa:
kecantikan akan memudar seiring berjalannya waktu,
harta semakin lama akan semakin menipis,
keturunan pun tidak menjadi solusi pada saat ujian datang.

Cinta bukan segalanya, meskipun ia adalah bahan yang harus dimiliki oleh setiap pasangan. Berdasarkan data Fehr dan Russel(1991), menunjukkan bahwa cinta yang paling baik ternyata bukan cinta romantis tapi cinta pada sebuah komitmen. Sebab, ketika cinta memudar, komitmen kepada nilai yang kita yakini(agama) akan menjadi perekat yang paling kuat. Komitmen yang kokoh akan menyulut api cinta dan kesetiaan.

Muhammad Fauzil Adzim
dalam bukunya Agar Cinta Bersemi Indah, menuliskan bahwa seperti halnya keimanan, rumah tangga pun mengalami pasang surut, bahkan orang yang dalam flow(mengalir) juga akan mengalami kebosanan. Kebosanan bisa terjadi pada siapapun, dan ini bisa dijadikan kesempatan untuk berhenti sejenak sebagai waktu saling introspeksi.

Komitmen yang saling dijaga akan menciptakan keselarasan, keharmonisan dalam rumah tangga, komitmen yang paling kuat adalah agama.

Adakalanya kita merasa serba salah menghadapi sikap pasangan, dan hal ini bisa menjadi pemicu suatu ketidaknyamanan, bahkan bisa menyebabkan “hil-feel”(hilang feeling, red.).
Pada saat manusia merasa tidak nyaman, biasanya emosinya menjadi tidak stabil, tertekan/stres, dan setiap tindakannya berdampak tidak baik terhadap lingkungan sekitarnya.
Solusi terbaik pada saat ujian datang adalah mendekatkan diri padaNYA. Islam mengajarkan untuk melakukan sholat istikharah pada saat kita bingung memutuskan suatu perkara, atau melakukan sholat Hajat jika kita akan melakukan suatu tindakan.
Secara psikis, sholat menyebabkan hati dan pikiran kita menjadi tenang, dan jika sudah tenang kita bisa berpikir lebih jernih, hati juga menjadi lebih bersih, dan kalau hati sudah bersih kasih sayang pasti akan muncul lagi, insyaALLOH akan menjadi lebih bijak dan pemaaf terhadap pasangan…:)

Terbukti kan, bahwa komitmen yang paling kuat itu adalah agama!!! ;;)

2. Memanggil dengan Cinta
The little things mean a lot“, hal-hal kecil yang sesungguhnya berarti dalam rumah tangga, jika diabaikan bisa menjadi bencana. Hal-hal kecil yang terlupakan itu justru bisa menyebabkan rumah tangga menjadi beku dan menyebabkan penghuninya tidak merasakan kerinduan untuk pulang. Ada banyak hal kecil dalam rumah tangga yang menyebabkan suami/istri tidak merasa dihargai. Hal kecil itu salah satunya adalah: panggilan terhadap pasangan. Biasakanlah untuk memanggil pasangan dengan panggilan kesukaannya, atau panggilan yang merupakan pujian buatnya, selain itu jangan lupakan pula bagaimana cara kita memanggilnya. Hal ini mungkin sepele, padahal sebenarnya dengan panggilan tersebut bisa menimbulkan kebahagiaan dan ketentraman. 🙂
Mengenai cara memanggil, Rosul pun menghargai setiap lelaki dengan menyebutkan bahwa “Sebaik-baiknya laki-laki adalah yang paling lembut terhadap isterinya…”.

< <>>

3. Jangan Abaikan Hal Sepele
Selalu berusaha menghargai pasangan dengan meminta ijinnya, adalah suatu penghormatan dan kesetiaan.
Ada tindakan atau perbuatan yang tidak diketahui pasangan, bahkan berusaha menutupinya, mungkin akan dianggap hal sepele. Padahal justru akan menimbulkan rasa curiga, yang akhirnya berujung pada prasangka.
Prasangka akan mengubah sikap dan kepercayaan pasangan, hal ini akan mengakibatkan rumah tangga yang beku, dingin, dan hambar, karena tidak ada lagi perhatian dan saling menghargai.
Memang tidak perlu memberitahukan kegiatan yang secara rinci dan detil, tapi ceritakanlah secara global, kelak setelah pulang, berbagi ceritalah. Sikap seperti ini akan membuat pasangan menjadi merasa sangat berarti.:)

( Diilhami dari salah satu artikel di Majalah Hidayah Edisi September 2005)

Semoga Bermanfaat,

Dari Seseorang yang belum berumah tangga,

– admia is my fabulous nick-

2 thoughts on “Saat Kebosanan Melanda Pasutri

  1. Bercerai itu tidak haram ya .. tapi dibenci ALLOH, kok bisa ya … dibenci ALLAH tapi tidak diharamkan. apa karena dulu orang arab suka bercerai … ISLAM Memang Aneh …

Leave a reply to cay Cancel reply